Ivan Kuswandi Silaban
Pomparan Datu Bira 16
17/03/2018
29 Desember 2004, siang hari. Tiba di rumah yang jadi basecamp kami di Banda Aceh, simpan tas dan barang, berkenalan dengan orang-orang yang sudah tiba disana duluan. Orang Inggris yang merupakan produser berita tersebut mengajak berkeliling melihat kondisi akibat gempa yang memicu terjadinya tsunami.
Naik
'labi-labi', sebutan untuk angkot di Banda Aceh, melihat kondisi di
sekitar kota. Bekas-bekas kekuatan alam, getaran lempeng bumi dan
berupa gelombang air yang menyapu sebuah kota terlihat jelas. Gedung dan
rumah bertingkat yang runtuh. Mobil-mobil terbalik diselimuti lumpur.
Kayu-kayu yang kelihatan bagian dari rumah berserak di sepanjang jalan.
Dan akhirnya, tiba di sebuah jembatan, dimana ada kapal yang telah naik
ke jalan dekat jembatan tersebut.
Saya melihat jejeran tubuh yang sudah kaku dibariskan di sepanjang jembatan. Kami berjalan ke jembatan dan melihat ke air dibawah jembatan. Tubuh-tubuh manusia mengambang di air dibawah jembatan itu. 3 hari setelah gempa kuat dan tsunami itu, keadaan masih kacau, semua bekas bencana akibat kekuatan alam tersebut masih terlihat jelas.
HANGOLUAN yang terlihat saat itu sangat sedikit dibandingkan kematian di sekitarnya. Sebagian besar orang pergi menghindari daerah itu karena ketakutan dengan adanya isu akan ada gempa dan tsunami susulan. Sementara, sebagian orang lagi ditugaskan untuk pergi ke tempat yang dihindari orang-orang tersebut.
Itulah mungkin satu hakikat HANGOLUAN. Kadang tidak terduga apa yang akan terjadi. Kadang tidak terduga apa yang akan kita lakukan. Dan juga kadang tidak terduga, ada satu titik yang memungkinkan saat itu ada kesempatan untuk bertemu dan berkenalan dengan seseorang, yang ternyata kita kenal di kemudian hari.
Saya melihat jejeran tubuh yang sudah kaku dibariskan di sepanjang jembatan. Kami berjalan ke jembatan dan melihat ke air dibawah jembatan. Tubuh-tubuh manusia mengambang di air dibawah jembatan itu. 3 hari setelah gempa kuat dan tsunami itu, keadaan masih kacau, semua bekas bencana akibat kekuatan alam tersebut masih terlihat jelas.
HANGOLUAN yang terlihat saat itu sangat sedikit dibandingkan kematian di sekitarnya. Sebagian besar orang pergi menghindari daerah itu karena ketakutan dengan adanya isu akan ada gempa dan tsunami susulan. Sementara, sebagian orang lagi ditugaskan untuk pergi ke tempat yang dihindari orang-orang tersebut.
Itulah mungkin satu hakikat HANGOLUAN. Kadang tidak terduga apa yang akan terjadi. Kadang tidak terduga apa yang akan kita lakukan. Dan juga kadang tidak terduga, ada satu titik yang memungkinkan saat itu ada kesempatan untuk bertemu dan berkenalan dengan seseorang, yang ternyata kita kenal di kemudian hari.
No comments:
Post a Comment