Kalimat ini sering ditujukan kepada seseorang yang masih beranjak remaja atau dalam proses pendewasaan. Seseorang yang masih dalam proses untuk menemukan suatu arah yang sesuai dengan dirinya. Seseorang yang masih mencari pola, gaya, sikap ataupun tindakan untuk aktualisasi diri. Tahapan ini sering disebut sedang MENCARI JATI DIRI.
Mungkin tidak berlebihan, jika proses itu saya rasakan sebagai 'tudos-tudosan' untuk Pomparan Borsak Junjungan Silaban saat ini. Dari ribuan, mungkin puluhan ribu atau bisa jadi sudah ratusan ribu Pomparan Borsak Junjungan Silaban di bumi saat ini, jika ditanya, kau membawa marga SILABAN di namamu, siapa SILABAN itu?
Bisa jadi ada yang menjawab, Silaban itu Borsak Junjungan, anak paling besar Sihombing, kemudian menjelaskan mengenai silsilah Sihombing dan hubungannya dengan Silaban. Bisa jadi ada yang mampu menjelaskan garis silsilah mulai dari Borsak Junjungan Silaban sampai ke dirinya sendiri. Bisa jadi ada yang menjawab, bapakku. Karena bapakku marga Silaban, maka aku marga Silaban juga.
Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut diatas. Kesibukan belajar maupun bekerja. Tempat tinggal yang dominan suku lain atau di pangarantoan. Sistem komunikasi yg belum bagus. Bahkan sifat introvert seseorang yang cenderung tertutup kepada orang lain. Atau juga pengalaman-pengalaman yang kurang mengenakkan bagi seseorang yang akhirnya malah menumbuhkan sikap apatis.
Saat seseorang ditanya, kemudian kurang faham mengenai silsilah Silaban, langsung dicap "tanda do dalle ho", atau " tanda do Silaban na lilu ho". Orang yang mengatakan itu juga hanya ngomong begitu dengan sikap tidak bersahabat, tidak berusaha untuk membimbing.
"Begini loh silsilah Silaban, coba tanya bapak atau ompung nanti, di garis keturunan yang mana kalian?" Kata-kata yang memotivasi seseorang untuk mencari tahu garis keturunannya itu mungkin akan mencegah tumbuhnya sikap apatisme terhadap garis keturunannya di kalangan marga Silaban.
Usaha-usaha mencari jati diri sebagai Silaban di internet mulai saya ikuti sekitar tahun 2005 saat mengenal Silaban Brotherhood di www.silaban (dot) net. Ompung Charly Silaban (DM) yang saat itu masih kuliah di BINUS dengan beberapa Silaban membuat website tersebut. Berbagai artikel mengenai SILABAN bisa ditemukan di website tersebut. Sayangnya, karena kesibukan dan banyak faktor-faktor lainnnya, website tersebut tidak diteruskan lagi pengelolaannya.
Kemudian facebook mulai muncul. Sarana Komunikasi semakin bagus. Berbagai fitur di facebook seperti grup dan halaman mempermudah komunikasi yang bisa mencapai banyak orang sekaligus secara online dan realtime. Website-website gratis seperti blogger, wordpress dan banyak lainnya saat ini semakin mempermudah komunikasi dan sosialisasi.
Kita sekarang memanfaatkan teknologi dan fitur-fitur yang ditawarkan di internet tersebut, untuk lebih mengenal, lebih mengetahui dan lebih berbaur dengan Pomparan Borsak Junjungan Silaban di bumi ini. Tidak lagi dibatasi jarak dan waktu. Tidak lagi dibatasi sarana komunikasi yang membuat banyak sejarah dan kisah mengenai SILABAN yang belum tercatat hingga saat ini. Kita sedang berusaha mencari kisah SILABAN tersebut. Kita saat ini sedang mencari siapa kita...
Horas arian ma di hita saluhutna...
No comments:
Post a Comment