Ivan Kuswandi Silaban
Pomparan Datu Bira Silaban - 16
14/03/2018
Setelah membuka diri dan 'marsaor' di grup ini, ternyata ada suatu titik dimasa lalu, dimana saya mungkin bisa bertemu dan berkenalan dengan bapatua Elistone Silaban. Tetapi, kenyataan berkata lain, kami bisa berkenalan di Grup BJS dan PDBS ini.
Begini ceritanya...
26 Desember 2004, saya bangun siang, karena malam sebelumnya ada acara
syukuran tetangga rumah. Sampai pagi kami nyanyi-nyanyi sambil berbagi
minuman yang ada tulisan 'label' nya. Semua orang berkumpul di depan
rumah, sedang membicarakan gempa, dan terkejut melihat saya baru keluar
dari rumah. Kami kira kau ngga dirumah, kereta (sepeda motor) mu ngga
ada dirumah. Malam itu, seorang teman meminjam sepeda motor saya,
disenggol angkot, sehingga motornya dititip dirumah teman yang dekat
TKP.
28 Desember 2004, siang hari. Seorang teman dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Medan menelepon. "Van, kau bisa berangkat ke Banda Aceh, jadi penterjemah untuk BBC?". " Boleh, kak" jawabku. "Tunggu kabar selanjutnya ya", kata orang diseberang telepon. " Siap Kak!"
Malamnya, saat kami pemuda-pemudi Serikat Tolong Menolong (STM) setempat sedang dilantik para tetua menjadi pengurus, dan saya menjadi Ketua seumur hidup, karena sampai saat ini belum pernah ada pergantian pengurus
:D,
kembali HP berdering. "Van, sekarang kau segera ke Polonia, kami
menunggu disini". Saya segera permisi, acara 'mandok hata' hanya
didengarkan teman-teman yang lainnya.
Seorang teman mengantar saya naik sepeda motor ke Polonia. Ditengah jalan HP bunyi lagi. "Pak Ivan, tolong segera dijemput ke Bandara Polonia, kru dari Singapura sudah berangkat". "Siap bu!", jawab saya. "Tolong tetap komitmen pak, 2 orang yang sebelumnya bilang setuju berangkat, tidak datang ke Bandara". "Saya sudah di jalan dekat Polonia bu" jawab saya lagi. "Ok pak Ivan, tolong dibantu" tutup ibu dari seberang telepon. Belakangan saya tau, ibu tersebut sering menjadi juri di setiap acara Pemilihan Putri Indonesia.
Sekitar pukul 11.00 malam itu, saya bertemu dengan 2 orang, satu bule Inggris, satu lagi wanita Melayu Singapura. Kemudian berkenalan dan langsung menuju Hotel Tiara dekat Polonia. Disana saya tanda tangan kontrak kerja, dihitung harian, dan perjanjian apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan selama di Banda Aceh, Asuransi yang ditunjuk BBC yang akan berurusan dengan keluarga.
29 Desember 2004, pagi hari. Kami sedang menunggu panggilan boarding di ruang tunggu Bandara Polonia. Pesawat ke Banda Aceh delay karena kesibukan jalur transportasi udara di Polonia Medan. Siang harinya, kami tiba di Bandara Banda Aceh, dan langsung menuju ruko tiga tingkat yang ada diantara kantor Polresta Banda Aceh dan Gedung Bank Mandiri Banda Aceh yang menjadi 'base camp' kami selama disana...
Bersambung...
HANGOLUAN II
28 Desember 2004, siang hari. Seorang teman dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Medan menelepon. "Van, kau bisa berangkat ke Banda Aceh, jadi penterjemah untuk BBC?". " Boleh, kak" jawabku. "Tunggu kabar selanjutnya ya", kata orang diseberang telepon. " Siap Kak!"
Malamnya, saat kami pemuda-pemudi Serikat Tolong Menolong (STM) setempat sedang dilantik para tetua menjadi pengurus, dan saya menjadi Ketua seumur hidup, karena sampai saat ini belum pernah ada pergantian pengurus

Seorang teman mengantar saya naik sepeda motor ke Polonia. Ditengah jalan HP bunyi lagi. "Pak Ivan, tolong segera dijemput ke Bandara Polonia, kru dari Singapura sudah berangkat". "Siap bu!", jawab saya. "Tolong tetap komitmen pak, 2 orang yang sebelumnya bilang setuju berangkat, tidak datang ke Bandara". "Saya sudah di jalan dekat Polonia bu" jawab saya lagi. "Ok pak Ivan, tolong dibantu" tutup ibu dari seberang telepon. Belakangan saya tau, ibu tersebut sering menjadi juri di setiap acara Pemilihan Putri Indonesia.
Sekitar pukul 11.00 malam itu, saya bertemu dengan 2 orang, satu bule Inggris, satu lagi wanita Melayu Singapura. Kemudian berkenalan dan langsung menuju Hotel Tiara dekat Polonia. Disana saya tanda tangan kontrak kerja, dihitung harian, dan perjanjian apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan selama di Banda Aceh, Asuransi yang ditunjuk BBC yang akan berurusan dengan keluarga.
29 Desember 2004, pagi hari. Kami sedang menunggu panggilan boarding di ruang tunggu Bandara Polonia. Pesawat ke Banda Aceh delay karena kesibukan jalur transportasi udara di Polonia Medan. Siang harinya, kami tiba di Bandara Banda Aceh, dan langsung menuju ruko tiga tingkat yang ada diantara kantor Polresta Banda Aceh dan Gedung Bank Mandiri Banda Aceh yang menjadi 'base camp' kami selama disana...
Bersambung...
HANGOLUAN II
No comments:
Post a Comment