Ivan Kuswandi Silaban
Pomparan Datu Bira Silaban 16
24/03/2-18
Dalam berbagai suku dan kebudayaan di dunia, posisi seorang anak dalam sebuah keluarga menjadi salah satu perhatian. Dalam cerita-cerita kerajaan Eropa, India, China dan juga Indonesia, banyak disebutkan bahwa penerus sebuah kerajaan, keluarga atau generasi, sering diperhitungkan dari posisi seseorang dalam keluarganya.
Hal yang sama juga berlaku di suku Batak dan banyak suku lainnya. Harapan bagi seorang 'anak siakkangan' sangat besar dan dibuat tinggi. Bahkan di suku Batak, saat seorang kepala keluarga meninggal dunia, selalu disampaikan "Dang hami na hamatean ama, alai ho do" kepada 'anak siakkangan' di keluarga tersebut.
Standar dan harapan yang sangat tinggi kepada 'anak siakkangan' kadang jadi seperti beban yang sangat besar bagi seseorang. Karena semua fungsi dan tugas seorang Bapak, berpindah ke pundak si 'anak siakkangan'. Saat fungsi itu tidak berjalan, maka harus ada yang siap dan berani mengambil resiko dalam keluarga supaya tetap ada seseorang yang berperan sebagai 'Bapak' dalam keluarga tersebut.
Sistem silsilah atau 'TAROMBO' menunjukkan posisi seseorang itu dalam sebuah keluarga. Dengan begitu, 'Tarombo' tidak hanya sekedar menunjukkan garis keturunan, tetapi juga menunjukkan garis 'Fungsi dan Tanggungjawab' dalam sebuah keluarga, klan atau suku. Harapan dari sebuah 'Tarombo' itu sejati nya sejalan dengan harapan sebuah keluarga kepada 'anak siakkangan'.
Apakah 'Tarombo' itu perlu diajarkan?
AHA DO FUNGSI DOHOT TUGAS NI 'ANAK SIAKKANGAN' DI HALAK BATAK???
Tabaen be ma jo pendapatta, asa adong nonangta arian on
No comments:
Post a Comment